Minggu, 31 Januari 2021

Serial Jinnipedia Islami (5)

 

Militansi Brigade Jin Penyadap Berita

By. Hasan Bishri, Lc. 

(Direktur Garaha Ruqyah Salemba Jakarta, 081225211779)

Simaklah Pengakuan Brigade Jin Penyadap Berita di Langit yang telah diabadikan Allah dalam al-Qur’an berikut ini: “Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk menyadap (berita-beritanya). Tetapi sekarang siapa yang (mencoba) mencuri dengar (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).” (QS. Al Jin: 8-9).

Di ayat lainnya; “Sesungguhnya Aku telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Aku telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang(nya), Aku menjaganya dari setiap syetan yang terkutuk, kecuali syetan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang.” (QS. Al-Hijr: 16 – 18).

Rasulullah saw. juga pernah menceritakan perihal Brigade Jin Penyadap Berita di Langit. Beliau bersabda, “Para malaikat saling berbicara di atas awan dan awan-awan yang gelap tentang berbagai urusan yang akan terjadi di bumi lalu didengar oleh syetan-syetan, kemudian syetan-syetan itu membisikkannya pada telinga para dukun seperti suara lubang botol ditiup, lalu syetan-syetan itu menambah berita yang disadapnya dengan 100 kedustaan.” (HR. Bukhari no. 3288).

Dua surat dan hadits shahih tersebut menegaskan bahwa ada sekelompok Jin yang ditugaskan oleh Raja mereka (Iblis) untuk menyadap berita dari langit. Mereka punya pos-pos strategis di Langit, untuk menyadap berita yang diperbincangkan para Malaikat setelah Allah memberitahukan sesuatu kepada para Malaikat tersebut. Mereka mencuri-curi dengar, begitu mendapatkan info yang terkait dengan apa yang akan terjadi, mereka langsung memasok berita itu ke Tukang-Tukang Ramal dan Dukun-Dukun, sehingga terkadang apa yang diramalkan peramal terbukti atau sesuai kenyataan. Itulah hasil jerih payah mereka dengan risiko yang sangat besar.


Inilah Militansi Brigade Jin Penyadap Berita

Saat mereka hendak menyadap berita Langit dan membisikkan berita hasil sadapan ke telinga para Dukun dan Tukang Ramal agency mereka, Allah perintahkan Malaikatnya untuk melempari mereka dengan bintang-bintang. Kalau mereka terkena lemparan bintang itu, maka mereka akan terbakar dan binasa. Sungguh perjuangan Brigade Jin Penyadap berita ini luar biasa Militannya, demi menyesatkan anak-anak manusia yang masih percaya Ramalan para Tukang Ramal atau Ahli Nujum. Sampai keselamatan diri mereka abaikan dan nyawa mereka pertaruhkan.

Allah telah berfirman, “Sesungguhnya Aku telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap syetan yang sangat durhaka, syetan-syetan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal. Dan siapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); maka ia dikejar oleh suluh api yang terang.” (QS. As-Shaffat: 6 – 10).

Simak hadits shahih ini dengan seksama: “Syetan-syetan penyadap berita itu pun mendengarkan berita itu. Para penyadap berita itu posisinya saling bertumpuk-tumpukkan. Sufyan menggambarkannya dengan memiringkan telapak tangannya dan merenggangkan jari-jemarinya. Jika syetan yang di atas mendengar berita itu, maka segera disampaikan kepada syetan yang berada di bawahnya. Kemudian yang lain juga menyampaikan kepada syetan yang berada di bawahnya hingga sampai ke telinga Tukang Sihir dan Dukun.”

“Terkadang syetan penyadap berita itu terkena lemparan api sebelum sempat menyampaikan berita itu. Terkadang pula syetan itu bisa menyampaikan berita itu sebelum terkena lemparan api. Lalu dengan berita yang didengarnya itulah Tukang Sihir atau Dukun membuat 100 kedustaan (ramalan). Orang-orang yang mendatangi Tukang Sihir atau Dukun pun mengatakan, “Bukankah pada hari ini dan itu, dia telah meramalkan kepada kita bahwa akan terjadi ini dan itu?” Akibatnya, Tukang Sihir dan Dukun itu pun dipercaya banyak orang karena satu kalimat (kebenaran) yang telah disadapnya dari langit. (HR. Bukhari no. 4800). Wallahu a’lam

Sabtu, 30 Januari 2021

Serial Jinnipedia Islami (4)


By. Hasan Bishri, Lc. 

(Direktur Garaha Ruqyah Salemba, 081225211779)


Beda Tuyul Jin dan Tuyul Manusia

Tuyul identik dengan pencuri, karena aktifitasnya yang dikenal masyarakat sebagai sosok yang suka mencuri uang. Meskipun kita tahu bahwa yang suka mencuri tidak hanya tuyul, karena manusia pun banyak juga yang suka mencuri, mengambil sesuatu yang bukan haknya dari yang lainnya. Jin yang suka mencuri disebut Tuyul, dan manusia yang suka mencuri disebut maling.

Biasanya tuyul kalau mencuri sesuatu, jumlah yang dicuri tidak banyak, tapi sering atau berkelanjutan. Kalau obyeknya itu uang kertas, yang dicuri selembar, dua lembar atau tiga lembar. Jika jumlah uang yang kita simpan lima juta, yang diambil hanya sebagian kecil atau beberapa lembar saja. Meskipun ada juga kasus yang Penulis temukan di lapangan, ada Tuyul yang mencuri dalam jumlah banyak, tapi ini jarang terjadi seperti yang diceritakan beberapa korbannya.

Tapi kalau pencuri manusia atau maling, saat dia bisa masuk ke ruang sasarannya, dan di situ terdapat uang lima juta misalnya, biasanya yang diambil adalah uang keseluruhannya, tidak selembar dua lembar. Bahkan terkadang siisi lemari (tidak hanya uang) jadi ludes dan bersih karena dicuri maling. Uang, emas, Hp, Laptop, dan barang berharga lainnya. Apalagi kalau Pencurinya berkerah dan berdasi, alias Koruptor. Apapun dia akan tilep dan curi, yang penting bisa menghasilkan uang dan menambah kekayaan. Jadi maling lebih rakus dan lebih sadis daripada Tuyul, karena mereka bisa bikin bangkrut negara dan rakyat jadi sengsara.

Begitu pula sikap dan kesadisannya, beda antara Tuyul dengan Maling. Tuyul saat tertangkap basah lagi mencuri, biasanya dia kabur atau mengurungkan niatnya. Tapi kalau Maling ketangkap basah oleh tuan rumah, biasanya ia tak segan-segan untuk melukai pemilik uang atau bahkan tega membunuhnya, demi keselamatannya dan uang yang dicurinya. Jadi Maling lebih tega dan bengis daripada Tuyul.


Kenapa Tuyul Jin Hanya Mencuri Sebagian?

Kenapa Tuyul saat mencuri biasanya tidak mengambil obyeknya secara keseluruhan, tapi hanya sedikit? Karena tujuan yang paling besar dari Tuyul adalah mengadu domba Pemilik uang dan keluarga besarnya. Simaklah apa yang telah difrmankan Allah ta’ala berikut: “Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku, Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syetan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.” (QS. Al-Isra`: 53)

Betapa banyak rumah yang kehilangan barang atau uang secara mistrius akhirnya melemparkan tuduhan ke orang-orang sekitarnya. Suami yang kehilangan uang beberapa lembar, langsung menuduh istrinya yang mengambilnya. Atau sebaliknya, istri menuduh suaminya sebagai pencurinya. Atau menuduh anak, saudara atau pembantu rumah tangga yang tinggal serumah. Lalu terjadi kegaduhan dalam rumah, cekcok mulut, saling tuduh, bahkan saling bunuh satu sama lain. Itulah tujuan utama Tuyul Jin yang harus kita waspadai.

Rasulullah saw. juga telah menegaskan dalam hadits shahihnya, bahwa tujuan utma syetan adalah mengadu domba korbannya, agar mereka saling buruk sangka, saling tuduh, bahkan saling baku hantam antara satu dan lainnya. Simak riwayat berikut: “Sesungguhnya syetan telah putus asa untuk disembah oleh orang-orang yang shalat di Jazirah arab, akan tetapi dia mengadu-domba di antara mereka (manusia).” (HR. Muslim no. 2812). Wallahu a’lam.

Jumat, 29 Januari 2021

Serial Jinnipedia Islami (3)


                                                              Komplotan Jin Maling 

By. Hasan Bishri, Lc. 

(Direktur Garaha Ruqyah Salemba, 081225211779)


Apakah ada Jin yang suka mencuri? 

    Jawabannya: ADA. Sebagaimana manusia, ada yang suka mencuri, bahkan menjadikannya sebagai profesi, sehingga disebut masyarakat sekitar sebagai Pencuri atau Maling. Begitu juga Jin, ada yang gemar mencuri atau berprofesi sebagai Pencuri. Dan pernyataan ini bukan isapan jempol atau mengada-ada. Karena Syari’at Islam juga telah menegaskan eksistensi mereka.

Simak penegasan ayat berikut: “Dan sungguh, Kami telah menciptakan gugusan bintang (di langit) dan menghiasinya bagi orang yang memandang(nya), Dan Kami menjaganya dari setiap (gangguan) syetan yang terkutuk. Kecuali (syetan) yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dikejar oleh semburan api yang terang”. (QS. al-Hijr: 16-18). Jadi keberadaan komplotan Jin pencuri dan penyadap berita di langit itu benar adanya, karena yang memberitahu kepada kita tentang hal itu adalah Allah ta’ala, Pencipta Langit dan Bumi serta isinya.

Rasulullah saw. juga pernah menceritakan kepada kita keberadaan Komplotan Jin pencuri ini dalam hadits shahihnya. Aisyah ra. berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya ketika malaikat turun ke langit dunia, dan menyebutkan perkara yang telah diputuskan, syetan pun berusaha mencuri dengar. Ketika ia berhasil mencuri, ia menyampaikan berita itu ke telinga para dukun. Lalu dukun-dukun itu-pun mencampur berita itu dengan seratus kebohongan.” (HR. Bukhari)


Komplotan Jin Pencuri di Zaman Nabi

Di zaman Rasulullah saw. beberapa kali terjadi aksi pencurian yang dilakukan oleh komplotan Jin atau Tuyul. Dan korbannya adalah beberapa shahabat Rasulullah yang sangat terkenal. Di antaranya adalah Abu Hurairah ra. yang ceritanya tidak asing lagi di telinga kita. Yaitu saat ia ditugaskan oleh Rasulullah untuk menjaga harta Zakat yang dikumpulkan di suatu tempat. Ada jin yang mencuri sebagian harta zakat, lalu Abu Hurairah ra. menangkapnya. Kejadian serupa juga dialami oleh Ubay bin Ka’ab, ia termasuk korban Komplotan Jin Pencuri di zaman Nabi.

Simaklah cerita lengkapnya berikut. Muhammad bin Ubay bin Ka’ab ra. berkata: “Ubay (Ayahnya) punya gudang kurma, ia mendapati jumlah kurmanya berkurang. Dia pun menjaganya di suatu malam. Tiba-tiba datanglah sosok menyerupai seorang ABG, lalu ia ucapkan salam padanya, dan dia menjawabnya. Dia bertanya, “Siapa kamu, jin atau manusia?’ Ia menjawab, ‘Saya jin’. Ubay bertanya, ‘Tunjukkan tanganmu’. Ia pun menunjukkan tangannya, dan ternyata tangannya seperti tangan anjing, dan rambutnya rambut anjing.

 Ubay bertanya: ‘Apakah begini rupa Jin?’ Ia jawab, ‘Kalangan Jin tahu bahwa di antara mereka ada yang lebih buruk dariku.’ Ubay bertanya, ‘Kenapa kamu datang ke sini?’ Ia menjawab, ‘Kami dengar bahwa kamu suka bersedekah, kami datang agar dapat bagian dari makananmu’. Ubay bertanya, ‘Apa yang bisa membentengi kami dari kejahatan kalian?’ Ia menjawab, ‘Bacalah ayat Kursi yang ada di surat al-Baqarah. 

Apabila kamu membacanya di pagi hari, maka kamu akan terlindungi dari kejahatan kami sampai sore. Dan apabila kamu membaca-nya di sore hari, maka kamu akan terlindungi dari kejahatan kami sampai pagi’. Ubay berkata, ‘Lalu di pagi harinya aku datang ke Rasulullah, dan aku mencerita-kan peristiwa itu kepada beliau. Kemudian beliau menimpalinya, ‘Benar apa yang dikatakan si buruk itu’.” (HR. Hakim dan ia menshahihkannya, Ibnu Hibban dan Thabrani. Imam al-Haitsami menyatakan bahwa hadits ini sanadnya shahih).

Kamis, 28 Januari 2021

Serial Jinnipedia Islami (2)


                By. Hasan Bishri, Lc. 

(Direktur Garaha Ruqyah Salemba, Jakarta Puast 081225211779)


Tuyul Bukan Anak Hasil Aborsi 

    Keyakinan sebagian masyarakat kita, mengaitkan keberadaan Tuyul dengan bayi yang diaborsi sebelum dilahirkan. Misalnya seperti yang ditulis oleh Okezone, saat mewawancarai perempuan indigo Furi Harun. Diterangkan Furi, penciptaan tuyul bisa dari bayi aborsi. Ya, bayi yang dibunuh secara paksa tersebut bisa menjadi medium terciptanya tuyul. (28 November 2019)

Sungguh aneh, bagaimana mungkin anak manusia berubah jadi hantu atau Jin yang dinamakan Tuyul? Materi penciptaannya saja bebeda, manusia diciptakan Allah dari unsur tanah, sementara Jin diciptkan Allah dari unsur Api. Manusia makhluk kasat mata, sedangkan Jin makhluk ghaib alias tidak kasat mata. Bahkan ada juga yang beranggapan bahwa Tuyul itu berasal dari anak manusia yang mati saat masih balita, dan anggapan ini juga sangat keliru jika kita lihat dari sudut pandang Syari’at.


Kemana Bayi yang Mati saat Balita

    Mungkin karena bentuk Tuyul yang selalu digambarkan sebagai sosok kecil, pendek, mungil, gundul dan kerap tidak pakai baju, sehingga begitu gampangnya dikaitkan dengan sosok anak manusia yang masih balita. Dan anehnya banyak masyarakat yang percaya. Padahal itu adalah dua hal yang berbeda spesienya, dua makhluk yang beda materi penciptaannya. 

Simaklah penjelasan Rasulullah saw. yang memberitahukan bahwa anak manusia yang meninggal saat masih balita atau belum dewasa, mereka ditempatkan oleh Allah di tempat yang khusus. Arwah mereka tidak gentayangan lalu berubah menjadi Tuyul, atau arwahnya lepas lalu ditangkap oleh dukun dan paranormal untuk dijadikan sebagai sosok Tuyul. Itu adalah anggapan atau keyakinan yang tidak sesuai dengan Syari’at Islam.

Simaklah petunjuk yang benar seperti yang disampaikan oleh Rasulullah saw. berikut. Rasulullah saw. pernah bersabda, “Anak-anak orang-orang Mukmin berada di suatu Gunung di Surga, mereka diasuh oleh Ibrahim as. dan Sarah (istrinya), sampai mereka dikembalikan ke Orangtua mereka pada hari Kiamat.” (HR. Ahmad, dan dishahihkan oleh Syekh al-Arnauth)

Dan pada riwayat lain, Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah seorang muslim yang ditinggal mati oleh tiga anaknya yang belum baligh, kecuali Allah akan memasukkannya ke dalam surga dengan rahmat yang Allah berikan kepadanya. Dikatakan kepada anak-anak yang mati (sebelum baligh): ‘Masuklah ke dalam Surga’. Kemudian mereka berkata: ‘Tidak, sampai orangtua kami masuk Surga’. Kemudian disampaikan kepada mereka, ‘Masuklah kalian ke Surga bersama orang-tua kalian’.” (HR. Nasa’i, dan dishahihkan Syekh al-Albani).

Lalu bagaimana dengan bayi orang-orang kafir (non muslim) yang meninggal dunia sebelum usia baligh? Simaklah jawaban Rasulullah saw. berikut, “Orang tua di bawah pohon adalah Ibrahim. Sedangkan anak-anak kecil yang ada di sekitarnya adalah anak-anak umat manusia (yang mati sebelum baligh).” (HR. Bukhari, no. 1386). 

Yang dimaksud anak-anak tersebut adalah umum, yaitu anak-anak manusia yang meninggal dunia sebelum usia baligh. Wallahu a’lam

Rabu, 27 Januari 2021

Serial Jinnipedia Islami (1)


 

                By. Hasan Bishri, Lc. 
(Direktur Garaha Ruqyah Salemba, 081225211779) 

 Awas...! Banyak Tuyul Hoax 

    Banyak orang yang meyakini bahwa Tuyul adalah makhluk tersendiri, berbeda dengan Jin sebagai makhluk halus atau tidak kasat mata alias ghaib. Bahkan ada yang menganggap bahwa Tuyul adalah wujud dari Janin yang diaborsi oleh ibunya saat masih dalam kandungan. Dan ada juga yang mempresepsikan bahwa Tuyul adalah jelmaan dari anak-anak yang mati saat masih kecil atau balita. Padahal itu adalah definisi Tuyul yang Hoax alias tidak benar. Karena Tuyul adalah makhluk ghaib, sedangkan janin yang diaborsi atau anak yang meninggal saat masih balita bukanlah mahkluk ghaib, tapi makhluk nyata dan terlihat oleh mata. Hanya saja mereka meninggal duluan, sebelum usia balita, remaja atau dewasa. 
    Lalu siapakah tuyul itu sebenarnya?. Sungguh tepat definisi yang ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang mendefinisikan Tuyul sebagai makhluk halus yang konon berupa bocah berkepala gundul, dapat diperintahkan oleh orang yang memeliharanya untuk mencuri uang dan sebagainya. (Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia: 1231). 

Tuyul Dalam Syari’at Islam 
     Lalu bagaimana Syari’at Islam mendefinisikan Tuyul? Tuyul adalah bagian dari jelmaan Jin. Jin sebagai makhluk halus (ghaib) diberi Allah kemampuan untuk berubah wujud dari bentuk aslinya ke bentuk lainnya. Dia bisa menampakkan dirinya pada manusia sehingga bisa dilihat oleh manusia akan keberadaannya. Dia bisa menjelma menjadi sosok tertentu, dengan beragam bentuk dan jenis, termasuk berubah wujud sebagai sosok anak kecil berkepala gundul yang disebut masyarakat sebagai tuyul. Hanya Sosok Rasulullah yang tidak bisa mereka serupai. Rasulullah saw. telah menegaskan hal itu dalam haditsnya. 
    Dari Abu Hurairah ra.: Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang melihatku dalam mimpi, maka sungguh ia telah melihatku. Karena syetan tidak bisa menyerupaiku.” (HR. Muslim). Dalam riwayat lain: Dari Anas ra., Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang melihatku dalam tidur (mimpi), berarti ia betul-betul melihatku. Karena syetan tidak bisa menyerupaiku.” (HR. Bukhari & Muslim). 
    Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Adapun Jin bisa berubah wujud menjadi sosok manusia dan hewan. Mereka berubah wujud jadi ular, kalajengking, onta, sapi, kambing, kuda, bighal dan keledai. Dan bisa berubah jadi burung dan manusia. Sebagaimana Iblis yang datang ke orang (kafir) Quraisy dalam bentuk Suraqah bin Malik bin Ju’syam saat mereka berangkat ke Perang Badar, seperti yang Allah firmankan: “Dan ketika Syetan menampakkan diri pada mereka… (QS. al-Anfal: 48).” (Kitab Majmu’ul Fatawa: 19/ 44) 
    DR. Umar Sulaiman al-Asyqor rahinahullah berkata: “Sungguh, syetan bisa menampakkan diri sebagai sosok manusia, bahkan terkadang berubah wujud menjadi sosok hewan, seperti Onta, Keledai, Sapi, Anjing, Kucing. Dan yang paling sering berubah wujud menjadi Anjing dan Kucing hitam.” (Kitab Alamul Jinni was Syayathin: 28). Wallahu ‘alam.




Selasa, 19 Januari 2021

Rasulullah Sang Master Ruqyah

Ruqyah menurut bahasa adalah bacaan, mantra atau jampi-jampi.
    Adapun ruqyah menurut istilah syari'at Islam, adalah "Bacaan yang terdiri dari ayat-ayat al-Qur'an dan hadits-hadits Rasulullah yang shahih, untuk memohon kesembuhan kepada Allah dari gangguan yang ada, atau memohon kepada-Nya perlindungan dari kejahatan yang akan datang atau yang dikhawatirkan." Ruqyah dalam pengertian bahasa sudah ada sejak zaman dahulu, sebelum diutusnya Muhammad sebagai Nabi dan Rasul, bahkan ada yang mengatakan bahwa keberadaan ruqyah itu seiring dengan keberadaan manusia di bumi ini. 
    Dalam suatu hadits dijelaskan bahwa Rasulullah meruqyah kedua cucunya (Hasan dan Husein radhiyallahu ‘anhuma) dengan ruqyah yang pernah dibaca oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam saat beliau meruqyah kedua anaknya (Isma'il dan Ishaq ‘alaihimas salam). Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah pernah membacakan isti’adzah (perlindungan) untuk kedua cucunya Hasan dan Husein, seraya bersabda, “Sesungguhnya bapak kalian (Nabi Ibrahim) telah membacakannya (juga) untuk kedua anaknya Isma’il dan Ishaq, yaitu ‘Aku mohon perlindungan untukmu berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari setiap (kejahatan) syetan dan binatang berbisa serta mata yang jahat (membahayakan).” (HR. Bukhari). 

 RASUL SAW MENGAJARKAN RUQYAH
   Di zaman jahiliyyah, bacaan ruqyah telah bercampuraduk antara yang bertentangan dengan nilai tauhid (syirkiyyah) dengan yang sejalan dengannya (syar’iyyah). Sehingga Rasulullah melakukan filterisasi terhadap bacaan ruqyah yang dimiliki sebagian shahabatnya. Kalau beliau menemukan bacaan ruqyah shahabatnya yang tidak selaras dengan akidah Islam, beliau melarangnya dan menyuruh shahabat itu untuk meninggalkannya. Auf bin Malik al-Asyja’iy berkata, "Kami pada zaman jahiliyyah melakukan ruqyah. (Saat kami mendengar Rasulullah melarang praktik ruqyah), kami dating ke Rasulullah, 'Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang ruqyah?' Beliau bersabda, 'Tunjukkanlah kepadaku ruqyah-ruqyah kalian, ruqyah-ruqyah itu tidak apa-apa selama di dalamnya tidak bermuatan syirik”. (HR. Muslim). Jabir bin Abdullah berkata, "Pamanku dari kaum Anshar suka meruqyah dari gigitan ular. Saat Rasulullah melarang ruqyah, maka pamanku mendatanginya seraya berkata, "Wahai Rasulullah, engkau telah melarang ruqyah padahal saya suka meruqyah dari gigitan ular. Rasulullah berkata, 'Tunjukkanlah ruqyahmu kepadaku.' Abu Hurairah berkata, 'Maka pamanku pun menunjukkannya kepadanya.' Rasulullah bersabda, Ini tidak apa-apa, ini termasuk yang dibolehkan'." (HR. Abu Ya'la). Tidak hanya Rasulullah yang melakukan terapi ruqyah dalam hidupnya. Malaikat Jibril pun terkadang turun langsung untuk melakukan terapi ruqyah saat Rasulullah memerlukannya. Aisyah, istri Rasulullah berkata, “Apabila Rasulullah merasa sakit, Malaikat Jibril meruqyahnya dengan membaca, “Dengan nama Allah yang menciptakanmu, dan Dia menyembuhkanmu dari segala macam penyakit, dan dari kejahatan orang yang dengki saat ia dengki, dan dari kejahatan setiap orang yang bermata jahat.” (HR. Muslim). Ruqyah Mandiri. Rasulullah terkadang meruqyah secara langsung, apabila ada orang yang meminta bantuan kepadanya. Tapi terkadang beliau menyuruh orang tersebut melakukan ruqyah secara mandiri. Beliau juga menyuruh shahabatnya agar mengajarkan terapi ruqyah syar’iyyah ini kepada orang lain, sehingga mereka mengetahui dan mengamalkannya bila diperlukan. Aisyah berkata, “Rasulullah, apabila ada keluarganya yang sakit, maka ia meniupnya dengan membaca al-Mu’awwidzat (surat-surat perlindungan). Dan ketika beliau sakit saat menjelang kematiannya, maka akulah yang meruqyahnya (meniupnya) dan aku usap dengan tangan beliau sendiri, karena tangannya lebih besar berkahnya daripada tanganku. (HR. Muslim). 
    Dari Ummu Salamah, ia berkata, “Rasulullah pernah melihat seorang anak perempuan yang kulit wajahnya berubah menjadi kehitaman. Maka Rasulullah bersabda, ‘Carilah terapi ruqyah untuknya, karena ia terkena penyakit akibat pandangan mata (jahat).” (HR. Bukhari, no. 5298 dan Muslim, no. 4074). Utsman bin Abil ‘Ash berkata, “Rasulullah pernah datang kepadaku, dan waktu itu saya lagi sakit yang sangat parah. Maka Rasulullah bersabda, ‘Usaplah (badanmu yang terasa sakit) dengan tangan kananmu sebanyak tujuh kali, seraya membaca, ‘Aku berlindung kepada Kemuliaan Allah dan Kekuasaan serta Kerajaan-Nya dari kejahatan yang aku temui.’ Lalu aku melakukan resep itu, dan Allah menghilangkan sakit yang ada pada diriku. Dan sejak itu aku selalu memerintahkan keluargaku untuk melakukannya juga begitu juga orang-orang lainnya.” (HR. Ahmad, no. 15677. Abu Daud, no. 3393. Tirmidzi, no. 2006 dan ia menyatakannya sebagai hadits hasan shahih). Abdul Aziz berkata, “Saya dan Tsabit pernah masuk ke rumah Anas bin Malik (salah seorang shahabat Rasulullah). Tsabit berkata, ‘Wahai Abu Hamzah (Anas), saya merasa sakit.’ Anas berkata, ‘Maukah kamu aku ruqyah dengan ruqyah Rasulullah?’ Tsabit berkata, ‘Ya, saya mau’. Anas membaca, ‘Ya Allah, Tuhan manusia, Penghilang (rasa) sakit. Sembuhkanlah (sakitnya), Engkau Maha Penyembuh, tiada kesembuhan kecuali kesembuhan-Mu, kesembuhan yang tidak menyisakan rasa sakit.” (HR. Bukhari). Simaklah, bagaimana Rasulullah menjadikan terapi ruqyah sebagai bagian dari hidupnya, dan juga bagian dari ajaran Islam. 
    Begitu juga para shahabatnya. Mereka mengikuti apa yang telah dilakukan Rasulullah, lalu mengajarkannya kepada shahabat lainnya serta mewariskannya kepada generasi setelah mereka. Sehingga terapi ruqyah syar’iyyah tersebut bias sampai kepada kita melalui riwayat-riwayat hadits yang telah dibukukan para ulama’. Kenapa Harus Ruqyah ?? Allah telah menegaskan bahwa al-Qur’an adalah Syifa’ (kesembuhan atau penawar). Bahkan tidak hanya sekali Allah menginformasikan hal itu. 
    Di dalam al-Qur’an ada 3 tempat yang menegaskan bahwa termasuk fungsi al-Qur’an yang sangat besar adalah sebagai kesembuhan. Yaitu di surat al-Isra’: 82,Yunus: 57 dan Fusshilat: 44. “Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. al-Isra’: 82). Syekh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah berkata: “Al-Qur’an mengandung kesembuhan yang sifatnya umum dan menyeluruh, penyembuh penyakit hati (non fisik) dan penyakit badan (fisik).” (Kitab Taisirul karimir Rahman: 3/128). Ruqyah Syar’iyyah tidak hanya berfungsi sebagai terapi orang yang telah terkena gangguan. 
    Orang yang belum kena gangguan juga sangat perlu melakukan terapi ruqyah penjagaan untuk dirinya dan keluarga. Abdullah bin ‘Amr berkata, Rasulullah pernah membaca do’a, “Kami telah memasuki sore, dan kerajaan milik Allah, dan segala puji bagi-Nya. Aku berlindung kepada Allah yang menggenggam langit agar tidak jatuh ke bumi kecuali nanti bila Dia mengizinkannya, dari kejahatan yang telah Dia ciptakan dan Dia adakan.’ Barangsiapa yang membaca do’a tersebut, maka ia akan dilindungi dari kejahatan tukang sihir, dukun, syetan dan orang yang dengki (hasud).” (HR. at-Thabrani, dan Imam al-Haitsami menyatakan bahwa para perawinya terpercaya. Lihat Kitab Majma’uz Zawaid: 10/ 119). 
    Dalam usaha mencari kesembuhan, tidak hanya niat kita yang harus lurus. Tapi juga cara kita dalam mencari kesembuhan juga harus benar. Kalau kita meyakini bahwa hanya Allah-lah yang kuasa menyembuhkan kita, maka kita tidak boleh berobat dengan sesuatu yang haram atau mendatangi dukun dan orang pintar, karena hal itu diharamkan. Rasulullah telah mengajarkan ruqyah syar’iyyah kepada kita, kini tugas kitalah untuk mengamalkan dan melestarikannya. oleh: Hasan Bishri, Lc

Tutorial Ruqyah Mandiri. Oleh, Suparman Fajar, Lc. M.Ag