Inilah Tujuh
Wali Allah
(Graha
Ruqyah, Tempat Ruqyah yang Syar’iyah di Jakarta)
Ust. Hasan Bishri, Lc.
(Terapis Ruqyah Syar’iyah Indonesia Hp. 0815 816 7874)
Allah ta’ala berfirman: “Ingatlah sesungguhnya para wali Allah itu tidak ada ketakutan dalam diri
mereka dan mereka tidak merasa khawatir. Mereka beriman dan bertakwa (kepada
Allah)”. (QS. Yunus: 62).
Muqoddimah
Bismillah wal Hamdulillah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada
hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; [1]. Seorang pemimpin yang
adil. [2] Seorang pemuda yang tumbuh dalam [ketaatan] beribadah kepada Allah
ta’ala. [3]. Seorang lelaki yang hatinya bergantung di masjid. [4]. Dua orang
yang saling mencintai karena Allah; mereka berkumpul dan berpisah karena-Nya.
[5]. Seorang lelaki yang diajak oleh seorang perempuan kerkedudukan dan
cantik [untuk berzina] akan tetapi dia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku takut
kepada Allah’. [6]. Seorang yang bersedekah secara sembunyi-sumbunyi
sampai-sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan
kanannya. [7]. Seorang yang mengingat Allah di kala sendirian sehingga kedua
matanya mengalirkan air mata (menangis).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma mengatakan, “Sungguh, menangis
karena takut kepada Allah itu jauh lebih aku sukai daripada berinfak uang
seribu dinar!”. Ka’ab bin al-Akhbar rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya
mengalirnya air mataku sehingga membasahi kedua pipiku karena takut kepada
Allah itu lebih aku sukai daripada aku berinfak emas yang besarnya seukuran
tubuhku.”
Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anh mengatakan; suatu ketika Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata kepadaku, “Bacakanlah al-Qur’an kepadaku.” Maka kukatakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah saya bacakan
al-Qur’an kepada anda sementara al-Qur’an itu diturunkan kepada anda?”. Maka
beliau menjawab, “Sesungguhnya aku senang mendengarnya dibaca oleh selain
diriku.” Maka akupun mulai membacakan kepadanya surat an-Nisaa’. Sampai
akhirnya ketika aku telah sampai ayat ini (yang artinya), “Lalu bagaimanakah
ketika Kami datangkan saksi bagi setiap umat dan Kami jadikan engkau sebagai
saksi atas mereka.” (QS. an-Nisaa’ : 40).
Lalu beliau berkata, “Cukup, sampai di sini saja.” Lalu aku pun menoleh
kepada beliau dan ternyata kedua mata beliau mengalirkan air mata.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Mu’adz radhiyallahu’anh pun suatu ketika pernah menangis tersedu-sedu.
Kemudian ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?”. Maka beliau
menjawab, “Karena Allah ‘azza wa jalla hanya mencabut dua jenis nyawa. Yang
satu akan masuk surga dan satunya akan masuk ke dalam neraka. Sedangkan aku
tidak tahu akan termasuk golongan manakah aku di antara kedua golongan
itu?”.
Abu Musa al-Asya’ri radhiyallahu’anh
suatu ketika memberikan khutbah di Bashrah, dan di dalam khutbahnya dia
bercerita tentang neraka. Maka beliau pun menangis sampai-sampai air matanya
membasahi mimbar! Dan pada hari itu orang-orang (yang mendengarkan) pun
menangis dengan tangisan yang amat dalam.
Pelajaran Dari Ulama’ Salaf
Hasan al-Bashri rahimahullah pun pernah menangis, dan ditanyakan
kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?”. Maka beliau menjawab, “Aku khawatir
besok Allah akan melemparkan diriku ke dalam neraka dan tidak memperdulikanku
lagi.”
Di suatu malam al-Hasan al-Bashri rahimahullah terbangun dari tidurnya lalu
menangis sampai-sampai tangisannya membuat segenap penghuni rumah kaget dan
terbangun. Maka mereka pun bertanya mengenai keadaan dirinya, dia menjawab,
“Aku teringat akan sebuah dosaku, maka aku pun menangis.”
Abu Hurairah radhiyallahu’anh
menangis pada saat sakitnya [menjelang ajal]. Maka ditanyakan kepadanya, “Apa
yang membuatmu menangis?!”. Maka beliau menjawab, “Aku bukan menangis gara-gara
dunia kalian [yang akan kutinggalkan] ini. Namun, aku menangis karena jauhnya
perjalanan yang akan aku lalui sedangkan bekalku teramat sedikit, sementara
bisa jadi nanti sore aku harus mendaki jalan ke surga atau neraka, dan aku
tidak tahu akan ke manakah digiring diriku nanti?”.
Penutup
Apakah dosa-dosa kita selama ini masih belum bisa membuat kita menangis sebagai
tanda sesal dan taubat kita kepada Allah. Allah mengingatkan kita, “Apakah
mereka tidak mau bertaubat kepada Allah dan meminta ampunan kepada-Nya?
Sementara Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Maa’idah :
74). Wallohul musta’an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar