Mitos Bisa Sandera Logika
(Ust. Budi Azhari, Lc.) by Tempat Ruqyah Jakarta
0878 4151 924
“Jerman gitu lho … hari gene
masih percaya gituan …?” begitulah cuap-cuap seorang pembawa acara radio
suatu malam. Awalnya tema yang interaktif melalui sms itu membahas tentang
mitos angka 13. Dan salah satu pembawa acara itu mengatakan bahwa penerbangan
terkenal milik Negara Jerman tidak ada seat yang bernomer 13. Tentu dengan
keyakinan bahwa nomer tersebut adalah nomer sial. Bisa jadi pesawat itu jatuh,
nabrak gunung, meledak. Dan masih menurut penyiar itu, bahwa ternyata bukan
hanya di Negara tekhnologi canggih itu saja yang mempercayai masalah mitos ini.
Penerbangan di Brazil juga demikian.
Saat penulis sedang menulis rubrik ini, seorang wanita menelpon
dari Jepang. Wanita itu ingin berkonsultasi mengenai suaminya sudah empat tahun
tidak memberikan nafkah lahir batin dari usia lima tahun pernikahan mereka.
Mereka suami istri tetapi seperti bukan suami istri. Setelah penulis Tanya
detail tentang sumber dari masalah itu, jawabannya bermuara pada satu masalah
saja. Yaitu bahwa di Jepang ada semacam mitos yang mengatakan bahwa golongan
darah A tidak akan pernah bisa bersatu dengan orang yang mempunyai golongan
darah B. Dan suami itu baru tahu kalau istrinya bergolongan darah B sementara
dia golongan darah A. Sementara tema ini berkali-kali dibahas di telivisi di
Jepang. Sebagaimana yang dikisahkan oleh ibu tersebut.
Jepang dan Jerman adalah Negara maju dalam bidang teknologi. Jepang
adalah raksasa Asia dan Jerman adalah salah satu raksasa Eropa. Keduanya
merupakan Negara kiblat teknologi dan ilmu pengetahuan modern. Ini artinya
bahwa logika adalah merupakan sesuatu yang sangat mereka kedepankan.
Tetapi, begitu tema pembahasan berpindah kepada masalah keyakinan
atau mitos ternyata keyakinan mereka tidak menunjukkan sama sekali bahwa mereka
adalah bengsa dengan logika tinggi dan canggih.
Nah, bangsa yang kita cintai ini sering kali ingin modernis tetapi
nanggung. Tidak modern yang benar-benar hebat dalam logika. Tetapi arogan pada
sikap yang berlawanan dengan logika mereka. Maka ungkapan, “Hari gini masih
bahas jin, orang sudah sampai ke Mars kita masih aja bahas jin,” adalah
merupakan ungkapan yang salah besar dalam konteks keimanan. Karena jin adalah
salah satu pembahasan keghoiban yang dibahas dalam al-Qur’an dan Hadits. Dan
sangat banyak muslim yang terjerumus pada kesyirikan hanya karena salah dalam
memahami dunia jin. Persis seperti mitos yang pembahasannya juga masuk dalam
pembahasan tauhid.
Mereka yang menolak itu, terkadang terjerembab dalam lubang yang
jauh tidak logis. Seperti sorang pengacara orang sangat ternama di dunia
entertainmen yang telah membuang ratusan juta rupiah hanya untuk membeli jimat
guna memenangkan masalah yang sedang dia tangani. Atau seorang pejabat
sekaligus pengusaha yang membeli keris bermata perak dan berlian dengan harga 1
miliar.
Tema mitos atau kepercayaan ini, yang bermain adalah perasaan atas
kendali iman. Buka logika. Dan logika atau strata pendidikan tinggi sering
tidak terpakai jika luapan emosi atau perasaan kepercayaan sudah bicara. Karena
ilmu biasanya hanya menumpuk dalam file otak.
Itulah makanya, Islam pada diri seseorang tidak boleh hanya menjadi
Islamologi. Tetapi harus merasuk mempengaruhi sampai emosi dan perasaan kita.
Karena jika tidak, akan muncul ilmuwan muslim dan pakar agama Islam yang masih
senang klenik hanya karena menuruti emosinya yang tidak tersentuh ilmu
yang bersemayam di otaknya. Saat inilah orang dipermalukan oleh ilmunya
sendiri. Dan otaknya menertawakan dirinya dalam suara yang sangat lirih. (Graha Ruqyah Salemba, 0878 4151 924)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar