Mari
Selamatkan Generasi dari Narkoba
(Ruqyah
Syar’iyah untuk Pecandu Narkoba)
Oleh Hasan
Bishri, Lc. (Praktisi Ruqyah Islamiyah di Graha Ruqyah Salemba 08787 4151 924)
Pembukaan
Bismillah wal hamdulillah. Indonesia dalam keadaan bahaya
narkoba dilihat dari kualitas dan kuantitas kejahatan serta kerugian yang
ditimbulkan. Kerugian ekonomi lebih dari Rp 50 triliun per tahun. Jenis narkoba
yang diperdagangkan kini meliputi heroin, kokain, dan sabu kualitas baik.
Jumlah kejahatan meningkat dari 26.000 kasus pada 2010 menjadi 29.000 kasus
pada 2011.
Menurut Direktur Kejar Tangkap Badan
Narkotika Nasional (BNN) Benny Mamoto kepada Kompas, Rabu (22/2/2012)
malam, di Kantor BNN, kerugian Rp 50 triliun dihitung dari uang yang disedot ke
luar negeri oleh bandar narkoba. Selain itu juga biaya rehabilitasi medis
korban narkoba, dampak sosial, turunnya kualitas sumber daya manusia sebab
cacat permanen otak, dan dampak samping berupa kejahatan dari mencuri hingga
kekerasan.
"Setiap hari 50 orang meninggal
karena narkoba secara langsung atau tertular HIV/AIDS melalui jarum suntik.
Yang dirugikan bukan hanya pemakai, melainkan juga keluarga dan masyarakat
umum, seperti kasus Afriyani," kata Benny. Afriyani Susanti menabrak 12
pejalan kaki—sembilan orang di antaranya tewas—di Jalan Ridwan Rais, Gambir,
Jakarta Pusat, 22 Januari lalu. Berdasarkan uji urine, dia memakai ekstasi.
Secara terpisah, Direktur IV Tindak
Pidana Narkoba Polri Brigjen (Pol) Arman Depari, Kamis, kepada Kompas
mengatakan, Indonesia dapat dikatakan dalam situasi bahaya narkoba. "Jika
tak bertindak, keadaan darurat bisa terjadi," katanya.
5 Juta
Korban Narkoba
Yayasan Kesatuan Peduli Masyarakat
(Kelima) DKI Jakarta mengemukakan, jumlah pengguna narkotika dan obat terlarang
di Indonesia pada 2012 ini sekitar 5 juta orang. "Jumlah pengguna
narkotika dan obat-obat terlarang akan semakin bertambah bila kita tidak
melakukan upaya pencegahan sejak dini. Hingga 2012 ini tercatat jumlah pengguna
narkotika dan obat terlarang mencapai 5 juta orang," kata Kepala Bidang
Medis Kelima, Bambang Eka Purnama Alam, dalam sosialisasi Undang-Undang nomor
35 tahun 2009 tentang narkotika di Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat,
Sabtu (28/4/12).
Bambang menjelaskan, kurangnya
kesadaran masyarakat akan bahaya penyalahgunaan masyarakat menyebabkan maraknya
peredaran narkotika di Indonesia. Selama ini banyak masyarakat atau korban
narkoba belum memahami betul peredaran narkoba, dampak dan pengaruhnya. Masyarakat
juga tidak mengetahui apa perbedaan, pemakai, pencandu, pengendar dan pemasok
narkoba.
"Banyak masyarakat yang
terjerat dengan barang haram tersebut hingga ada yang awalnya menjadi pemakai,
pengedar, sampai menjadi pemasok," katanya. Mereka yang menjadi korban
penggunaan narkoba tersebut akhirnya harus menjalani rehabilitasi. Sementara
mereka yang menjadi pengedar dan penjual akan berhadapan dengan hukum yang
tidak berkompromi untuk kejahatan internasional tersebut. (Sumber: Kompas.com)
Faktor Maraknya
Narkoba di Indonesia
Salah satu yang menjadi faktor
penyebabnya adalah banyaknya permintaan dari para pengguna narkoba. Sehingga
para sindikat melakukan segala cara untuk menyelundupkan dan memasarkan narkoba
di Indonesia. "Sejauh manusia berfikir, mereka (bandar narkoba) akan terus
berupaya menyelundupkan narkoba ke Indonesia, karena masih banyak permintaan,
apalagi harganya tinggi," ujar Kabag Humas BNN, Sumirat Dwiyanto, Jumat
(19/4/2013).
Menurutnya, modus operandi yang
digunakan para sindikat terus berubah-ubah untuk menghindari petugas. Sehingga
upaya pemberantasan terus dilakukan bekerjasama dengan berbagai instansi.
"Kami berupaya berpikir bagaimana mereka melakukan
penyelundupan-penyelundupan tersebut. Karena banyak penyelundupan narkoba dengan
berbagai modus. Jadi kami terus melakukan peningkatan kewaspadaan,"
jelasnya.
Dari beberapa tersangka yang telah
diamankan, melakukan penyelundupan narkoba dengan berbagai modus seperti
menyembunyikan narkoba di dalam kompresor, menyembunyikan di lapisan koper
bahkan ada beberapa tersangka yang menyelundupkan narkoba dengan cara ditelan
menggunakan kapsul. "Banyaknya permintaan, membuat para sindikat terus
berupaya menyelundupkan narkoba dengan cara atau modus apapun," tandasnya.
(inilah.com)
Ada sejumlah faktor yang menjadi
pemicu terjerembabnya para pelajar ke dalam ‘jurang hitam’ narkoba. Beberapa
faktor tersebut adalah: Pertama, hilangnya makna hidup (the meaning
of life). Para pelajar yang nota bene masih dalam masa transisi, seringkali
menderita perasaan khawatir, takut dan cemas yang tak beralasan. Mereka ingin
selalu dianggap eksis di tengah pergaulan, sehingga seringkali mengikuti trend
serta gaya hidup (life style) lingkungan tempat mereka bergaul, yang
belum tentu berpijak pada prinsip mulia. Mereka khawatir terisolasi dari dunia
pergaulan, ketika tetap berpegang teguh pada aturan-aturan normatif, serta
memeluk erat nilai-nilai tradisional. Imbas dari perilaku ini adalah hilangnya
jati diri mereka yang sesungguhnya.
Kedua, keringnya hubungan interpersonal,
baik di dalam keluarga, maupun di tengah masyarakat sekitar. Padahal, mereka
membutuhkan kehangatan yang tulus dari orang-orang di sekelilingnya. Ekses
negatif dari hubungan antarmanusia yang tidak harmonis ini melahirkan rasa
sepi, sendiri, meski mereka berada di tengah keramaian. Dan, hal ini ketika
dibiarkan berlarut-larut menjadi preseden buruk bagi perkembangan mental dan
jiwa mereka. Dalam kondisi demikian, siapapun akan rentan untuk terjerumus ke
dalam perilaku yang menghinakan dirinya sendiri.
Ketiga, munculnya rasa bosan menjalani
hidup. Akumulasi dari hilangya makna hidup serta hubungan interpersonal yang
tidak lagi hamonis, mengakibatkan para pelajar yang masih usia remaja mengalami
tekanan batin berupa rasa bosan. Pada akhirnya, rasa bosan ini membawa mereka
untuk lari dari kenyataan hidup yang dihadapinya. Mereka lebih memilih ‘jalur
alternatif’ untuk menggapai kesenangan semu dan mereguk kenikmatan sesaat.
3 Solusi Pencegahan Maraknya Narkoba
Mengkaji beberapa faktor pemicu
munculnnya trend pemakaian narkoba di kalangan pelajar tersebut di atas,
penulis ingin urun rembug untuk memberikan solusi alternatif sebagai
langkah preventif bagi mereka yang belum terjerumus ke ‘lembah nista’ narkoba,
dan juga langkah represif bagi mereka yang sudah terlanjur ‘berkenalan’ atau
bahkah ‘akrab’ dengan dunia narkoba.
Adapun solusi alternatif yang
penulis maksud di sini adalah suatu metode atau pendekatan yang dapat
diterapkan kepada mereka, baik yang belum ataupun yang sudah terjerat belitan
narkoba.
Pertama, pendekatan agama. Melalui
pendekatan ini, mereka yang masih ‘bersih’ dari dunia narkoba, senantiasa
ditanamkan ajaran agama yang mereka anut. Agama apa pun, tidak ada yang
menghendaki pemeluknya untuk merusak dirinya, masa depannya, serta kehidupannya.
Setiap agama mengajarkan pemeluknya untuk menegakkan kebaikan, menghindari
kerusakan, baik pada dirinya, keluarganya, maupun lingkungan sekitarnya.
Sedangkan bagi mereka yang sudah terlanjur masuk dalam kubangan narkoba,
hendaknya diingatkan kembali nilai-nilai yang terkandung di dalam ajaran agama
yang mereka yakini. Dengan jalan demikian, diharapkan ajaran agama yang pernah
tertanam dalam benak mereka mampu menggugah jiwa mereka untuk kembali ke jalan
yang benar.
Kedua, pendekatan psikologis. Dengan
pendekatan ini, mereka yang belum terjamah ‘kenikmatan semu’ narkoba, diberikan
nasihat dari ‘hati ke hati’ oleh orang-orang yang dekat dengannya, sesuai
dengan karakter kepribadian mereka. Langkah persuasif melalui pendekatan
psikologis ini diharapkan mampu menanamkan kesadaran dari dalam hati mereka
untuk menjauhi dunia narkoba. Adapun bagi mereka yang telah larut dalam
‘kehidupan gelap’ narkoba, melalui pendekatan ini dapat diketahui, apakah
mereka masuk dalam kategori pribadi yang ekstrovert (terbuka), introvert
(tertutup), atau sensitif. Dengan mengetahui latar belakang kepribadian mereka,
maka pendekatan ini diharapkan mampu mengembalikan mereka pada kehidupan nyata.
Ketiga, pendekatan sosial. Baik bagi mereka
yang belum, maupun yang sudah masuk dalam ‘sisi kelam’ narkoba, melalui
pendekatan ini disadarkan bahwa mereka merupakan bagian penting dalam keluarga
dan lingkungannya. Dengan penanaman sikap seperti ini, maka mereka merasa bahwa
kehadiran mereka di tengah keluarga dan masyarakat memiliki arti penting.
Cobalah Terapi Ruqyah Syar’iyah
Dalam praktik sehari hari di Graha
Ruqyah Salemba, disamping pasien yang banyak datang untuk terapi karena
gangguan syetan, ada beberapa orang yang datang karena telah menjadi korban
penyalahgunaan Narkoba. Ada yang baru pemakai lalu ketahuan orangtuanya
kemudian dibawa ke Graha ruqyah untuk dilakukan terapi ruqyah syariyah, dan ada
juga yang sudah kecanduan, dan orangtuanya menginginkan anaknya bisa lepas dari
pengaruh Narkoba dan bebas dari ketergantungan obat syetan tersebut. Alhamdulillah,
dengan izin Allah banyak yang sembuh setelah menjalani terapi secara intensif,
dengan memadukan dua terapi warisan Nabi, yaitu Ruqyah dan Bekam, serta
obat-obat herbal.
Hal itu sesuai dengan apa yang
direkomendasikan oleh Rasulullah saw. dalam haditsnya: “Hendaklah
kalian menggunakan Syifa-ain (dua kesembuhan); yaitu Madu dan al-Qur’an.” (HR.
Hakim, dan dishahihkan oleh Imam adz-Dzahabi).
Dari Aiisyah ra. Ia mendengar Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya
Habbah sauda’ ini adalah Syifa’ (kesembuhan) untuk segala
penyakit kecuali ‘Sam’. Kemudian saya bertanya:
Apakah ‘Sam’ itu? Beliau menjawab:
‘Sam’ itu
adalah Kematian.” (HR. Bukhari)
Rasulullah
saw. juga pernah meruqyah seorang Pecandu Zina sebagaimana yang telah
diceritakan oleh Abu Umamah ra. Ia
berkata: Setelah Rasulullah saw. menasihati seorag pecandu zina, beliau meletakkan
tangannya di dadanya, seraya meruqyahnya dengan do’a: Ya Allah, ampunilah
dosanya, sucikanlah hatinya, dan peliharalah kemaluannya. Abu Umamah berkata:
Setelah itu si pemuda tadi tidak tertarik lagi untuk berbuat zina sama sekali.”
(HR. Ahmad, dan dishahihkan oleh Syekh al-Arnauth)
Penutup
Dengan beberapa pendekatan dan terapi Ruqyah Syar'iyah di atas,
diharapkan mampu menggerakkan hati para pelajar yang masih belia dan ‘bersih’
dan para generasi muda umumnya dari kelamnya dunia narkoba, agar mereka tidak larut dalam trend pergaulan (life Style) yang
menyesatkan. Dan bagi mereka yang sudah tercebur ke dalam ‘kubangan’ dunia
narkoba, melalui beberapa pendekatan dan terapi Ruqyah tersebut, diharapkan dapat kembali sadar
akan arti penting kehidupan ini, yang amat sayang jika digadaikan dengan
kesenangan yang nisbi atau semu dan sesaat. Semoga anak-anak kita dilindungi Allah dari jahatnya pengaruh Narkoba. Wallohul musta'an. (dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar