Intruksi Nabi: “Jangan Datangi Dukun”
By. Hasan Bishri, Lc.
(Ketua II ARSYI , 081225211779)
Insya Allah ini bagian akhir dari tema Dukun Utusan Iblis di Serial Jinnipedia Islami, terkait dengan pembahasan Ciri Praktik Perdukunan. Sudah 13 poin cara identifikasi praktik perdukunan yang telah kita bahas. Dan di seri ini akan kita bahas lanjutannya, semoga masyarakat kita tidak terkecoh lagi dengan praktik perdukunan di tengah masyarakat dengan berbagai cashing tampilan yang membingungkan, bahkan banyak masyarakat awam yang terjebak karenanya. Tidak hanya harta masyarakat yang telah banyak dikuras, tapi banyak juga yang dilecehkan kehormatan dan mahkotanya, dan efek yang lebih fatal lagi adalah ternodanya akidah kaum muslimin karena mengikuti ritual syirik si Dukun. Inilah lanjutannya.
Keempatbelas; Memindahkan penyakit ke makhluk lain. Pernahkah Anda mendengar ada praktik pengobatan yang modusnya memindahkan penyakit pasien ke hewan, entah itu ayam, kambing, sapi, kerbau atau hewan piaraan lainnya. Banyak masyarakat awam yang justru tertarik dengan pengobatan seperti itu, ada sensasi tersendiri yang membuat mereka makin percaya dengan kehebatan dan kesaktian si Dukun. “Penyakit kita akan dipindahkan ke hewan?” Wooouw... kata mereka berdecak kagum. Mereka tidak menyadari bahwa modus itu sarat dengan kezhaliman yang telah diharamkan Allah.
Apakah tidak boleh memindahkan penyakit ke hewan? Simak hadits berikut sebagai jawabannya. Dari Ibnu Abbas ra.: Bahwasannya Nabi saw. bersabda, “Janganlah kalian menjadikan suatu yang hidup (bernyawa) sebagai sasaran (tembak).” (HR. Muslim). Di riwayat lain: Said bin Jubeir ra. berkata: Ibnu Umar pernah mejumpai sejumlah remaja dari Quraisy mengikat burung lalu memanahnya. Mereka membayar pemilik burung kalau anak panahnya meleset. Ketika mereka melihat Ibnu Umar, mereka bubar. Lalu Ibnu Umar berkata: Siapa yang melakukan hal ini? Allah akan melaknat pelakunya. Sesungguhnya Rasulullah saw. melaknat siapa yang menjadikan suatu yang bernyawa sebagai sasaran.” (HR. Muslim). Apa dosa dan kesalahan Ayam, Kambing, Sapi? Sehingga jadi obyek pemindahan penyakit manusia, bukankah itu kezhaliman yang nyata?
Kelimabelas; Mengobati dengan cara Mediasi. Sudah sering kita dengar modus pengobatan dukun dengan menggunakan mediator. Misalnya si A berobat ke dukun, lalu si dukun menjadikan si B sebagai mediator dalam proses pengobatannya. Si B dibikin kesurupan (atau dimasukkan Jin ke dirinya), lalu ditanggap untuk mengorek keterangan tentang jenis penyakit si A. Atau bertanya siapakah yang telah mengirim gangguan ke si A. Atau minta petunjuk ke Jin melalui mediator seputar obat apa yang cocok bagi si A. Si B dijadikan mediator dukun untuk komunikasi dengan jin piaraannya. Apakah memasukkan Jin ke mediator itu dibolehkan?
Jin yang masuk ke tubuh manusia (membuat orang kesurupan) dikatakan sebagai Jin Zhalim, karena telah mengganggu ketenangan dan kesehatan manusia. Makanya, Rasulullah pernah membentak Jin yang merasuk ke tubuh seorang shahabatnya dengan ucapan: Ukhruj ‘aduwwalloh..! (Keluarlah hai musuh Allah). Lalu bagaimana kalau Jin itu malah dimasukkan oleh seseorang ke tubuh manusia yang dijadikan sebagai mediator? Bukankah sama zhalimnya? Dan sungguh ironis dan aneh serta menyimpang dari yang dicontohkan Nabi, kalau ada orang yang mengaku sebagai Peruqyah Syar’iyah menggunakan modus yang serupa dengan modus dukun, yaitu menggunakan mediator saat melakukan terapi ruqyah pada pasiennya.
Itulah 15 cara untuk menidentifikasi praktik perdukunan yang marak di masyarakat. Jika kita mendatangi praktik pengobatan yang terdapat 15 poin tersebut atau hanya sebagian poin yang ada, maka kita harus menjauhi dan meninggalkan praktik tersebut. Kita khawatir, jangan-jangan ia adalah dukun yang belabel ustadz atau kyai. Atau ustadz yang berpraktik perdukunan yang telah diharamkan dalam syari’at Islam. Sebelum kita jadi korban mereka, dikuras harta benda kita, atau dilecehkan kehormatan dan direnggut mahkota kita, atau dirusak dan disesatkan akidah kita, maka kita harus super waspada. Jangan terpedaya dengan tampilan atau performa yang ada. Takutlah pada Allah, dan ikutilah petunjuk Rasul-Nya.
Ada Poin Tambahan Yang Perlu Diperhatikan
Ustadz Arifin Ilham rahimahullah pernah mengingatkan kaum muslimin agar tidak terjebak pada praktik Dukun yang berbaju ulama’ atau ustadz. Di antara ciri Dukun yang berkedok Ustadz adalah; tidak menggunakan nama aslinya tapi menggunakan nama lain yang memberikan kesan kesaktian dan kedigjayaan. Hobi memamerkan kesaktian dan kehebatannya di media yang mereka beli dan mereka booking slod acaranya. Ilmu syari’at Islamnya tidak mumpuni alias karbitan. Memanfaatkan para tokoh atau publik figur untuk melegalitaskan praktinya agar masyarakat awam tertarik dan percaya kepadanya. Menakut-nakuti pasien yang datang kepadanya dengan benda atau hakl mistik agar pasiennya bertekuk lutut. Saat dibekam keluar cacing, ijuk, pecahan kaca dan yang sejenisnya, bikin pasien takut dan pasrah. (Lihat di www.arrahmah.com)
Perhatikan Intruksi Nabi Berikut Ini
Mu’awiyah bin Hakam as-Sulami ra. berkata: Aku pernah berkata, “Wahai Rasulullah saw., ada beberapa hal yang sering kami lakukan waktu di masih Jahiliyah, kami sudah biasa mendatangi Dukun-Dukun. Beliau bersabda, “Janganlah kalian datang ke para Dukun.” (HR. Muslim). Dalam riwayat lain: Aisyah ra. berkata: Ada sekelompok orang bertanya ke Rasulullah saw. tentang praktik para Dukun. Beliau bersabda: Mereka (para dukun) itu tidak ada apa-apanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ada yang masih berani datang ke Dukun dan memanfaatkan jasa mereka? Ada yang masih percaya dengan praktik perdukunan? Ada yang masih suka berhubungan dan mengakses jasa Dukun? Kalau jawabannya masih, maka bersiap-siaplah untuk menjadi korban penipuan dan penyesatan mereka. Dan siapkan diri Anda untuk tidak diakui sebagai umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di Akhirat kelak. Karena siapa yang mempercayai dan membenarkan praktik perdukunan, berarti ia telah kufur pada al-Qur’an dan al-Hadits. Wal ‘iyadzu billah.