Cara Mengidentifikasi Praktik Perdukunan
By. Hasan Bishri, Lc.
(Ketua II ARSYI, 081225211779)
Dukun yang disebut dalam Hadits Rasulullah saw. sebagai Utusan Iblis untuk menyesatkan manusia punya sejuta cara agar bisa diterima masyarakat luar dan bisa terus eksis melaksanan tugas dari sang Bos. Performa atau penampilan lahiriyah adalah cara yang paling gampang untuk menilai seseorang, padahal itu rawan modus dan pengelabuhan. Banyak orang tertipu karena hanya melihat tampilan luarnya saja. Bagaikan buah kedondong dan buah rambutan. Kedondong luarnya halus dan mulus, tapi dalamnya kasar dan berakar. Rambutan luarnya berambut dan berantakan, tapi dalamnya mulus, lembut dan manis.
Maka dari itu jangan gampang terpesona dengan tampilan luar, karena dalamnya belum tentu sebagus luarnya, atau sebaliknya. Begitu pula dalam menilai praktik perdukunan, karena tampilan bisa disiapkan dan performa bisa direkayasa. Tampilan seperti Ustadz, Kyai, Syekh, Habib, Ajengan, Buya, Tuan Guru dan yang sejenisnya, tapi dalamnya ternyata dukun yang siap menyesatkan para pengikutnya. Terkadang mereka juga menggunakan gelar-gelar akademisi untuk meyakinkan masyarakat. Belum cukupkah kita ambil pelajaran dari kasus yang pernah viral di media massa di negeri kita ini, dan masih banyak kasus serupa untuk kita jadikan pelajaran agar kita tidak lagi terperosok pada lubang yang sama.
MIMBAR-RAKYAT.com - Aparat kepolisian Polda Metro Jaya, Senin (5/5/2014) pagi menangkap Ustadz Guntur Bumi (UGB), dukun yang berkedok ustadz, di kediamannya di Bintaro, Jakarta, karena tersangkut kasus penipuan baru.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto mengatakan penangkapan terhadap UGB, Senin pagi, bukan karena UGB yang sudah ditetapkan menjadi tersangka atas kasus dugaan penipuan sebelumnya, mangkir atas panggilan polisi.
“Dia ditangkap karena penipuan. Jadi bukan ditangkap karena mangkir panggilan polisi,” katanya di Mapolda Metro Jaya, Senin (5/5/2014). “Ia dijerat kasus Pasal 378 KUHP tentang penipuan. Dalam laporan tersebut, pelapor berobat. Kemudian juga tersangka melakukan ‘pembersihan rumah’. Biaya semuanya Rp 70 Juta. Dari laporan yang sudah cukup, kemudian dilakukan penangkapan,” ujar Rikwanto di Mapolda Metro Jaya, Jakarta.
Inilah Ciri-Ciri Praktik Perdukunan
Sebenarnya sudah banyak kaum muslimin yang antipati pada Dukun atau tidak mau minta bantuan dan memanfaatkan jasa mereka. Apalagi Majlis Ulama’ Indonesia telah mengeluarkan fatwa Haramnya Praktik Perdukunan dan Ramalan di Munas ke VII tahun 2005, fatwa no. 2. Mereka telah hijrah dari praktik perdukunan ke ruqyah syar’iyah, meninggalkan Dukun dan mendatangi Peruqyah yang Syar’iyah. Namun seiring dengan perkembangan zaman, praktik perdukunan berkamlufase dan berdandan agar tetap bisa diterima masyarakat luas. Sehingga masih banyak masyarakat yang terjebak dalam praktik perdukunan tanpa mereka sadari.
Berikut ini Ciri-Ciri Praktik Perdukunan yang perlu kita pahami agar kita tidak terpedaya dan terpesona oleh praktik perdukunan yang berdandan dengan beragam tampilan yang seakan islami dan syar’i, padahal praktiknya tetap syirik dan tipu-tipu.
Pertama; Bertanya nama pasien dan nama Ibunya. Kenapa ke Ibu? Karena setiap orang pasti punya Ibu, kecuali Adam dan Hawa. Bahkan anak hasil Zina juga punya Ibu, tapi gak punya ayah. Syetan senang dengan perbuatan zina.
Kedua; Minta barang second hand atau barang yang pernah disentuh orang yang mau ‘dikerjain’, dari aroma keringat Jin peliaraan dukun mengenali obyeknya. Seperti (baju, kaos, celana dalam, sarung, sapu tangan dan lainnya).
Ketiga; Perlu bagian tertentu anggota tubuh (rambut atau kuku). Ini termasuk media dukun yang paling efektif agar jin si dukun mudah melacak calon korbannya. Terkadang bisa juga diwakili dengan foto atau gambar obyeknya.
Keempat; Minta hewan dengan jenis dan corak tertentu. Seperti ayam yang hitam mulus atau putih mulus, kambing kendit yaitu kambing hitam yang ada warna putih di perutnya seperti selendang yang dipakai seseorang. Hewan itu kan jadu persembahan dukun kepada jin piaraan sebagai sesajen.
Kelima; Membaca mantra syirik yang terkadang si dukun sendiri gak paham artinya, apalagi pasiennya. Mantra itu didapat dari gurunya untuk mengundang jin piaraannya. Bahkan terkadang mantra syirik itu dicampur dengan ayat-ayat al-Qur’an agar jin piaraan senang karena ada pelecehan al-Qur’an. Tapi bagi customnya dukun justru hal itu dipikir Islami, karena ada bacaan ayat Qur’an yang Suci. Padahal itulah upaya dukun untuk mendapatkan sidha syetan piaraannya.
Keenam; Menulis rajah atau wifiq untuk pasiennya. Banyak ragam rajah dan wifiq perdukunan, bentuknya juga berbeda-beda. Terkadang mereka menulisnya di kertas putih, terkadang di secarik kain, terkadang di potongan kulit binatang tertentu. Itu bisa berfungsi sebagai password dukun untuk berkomunikasi dengan syetan jin khadamnya. Bahkan terkadang menulisnya tidak pakai tinta biasa, tapi pakai darah orang atau darah binatang, atau pakai darah wanita haid dan nifas.
Ketujuh; Memberi Jimat, gembolan (pegangan) ke pasiennya. Ada banyak jimat karya si Dukun. Biasanya customnya disuruh memakainya sebagai gelang, kalung, sabuk, atau disimpan di dompet, tas yang harus dibawa kemanapun pasien pergi. Tapi terkadang cukup disimpan di laci atau lemari rumah, atau tempat lainnya yang dijadikan tempat tingggal apsien atau tempat beraktifitasnya. Bahkan ada juga yang di letakkan di area tinggal orang yang dijadikan obyek perdukunan. Dan benda seperti itu yang sering disebut dengan buhul-buhul Syetan. (Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar